5 Gaya Penulisan Iklan (Ads Copywriting) yang Sering Digunakan, Mau yang Mana?

Menulis memang bukan pekerjaan mudah. Kalau ada yang bilang menjadi copywriter itu cuma nulis dapat duit, berarti memang dia nggak tahu profesi tersebut atau memang cuma copywriter abal-abal.

Nyatanya proses di dalam copywriting memang tidak pendek. Dimulai dari riset persona, penentuan bahasa, penyesuaian dengan goal, sampai ke penempatan di dalam creatives semuanya harus dikuasai. 

Di artikel ini, kita akan membahas tentang style atau gaya penulisan dalam ads yang biasa digunakan oleh para copywriter di luar sana. Tentu saja apa yang ada di sini bisa anda kombinasikan semau anda, tidak ada batasan atau larangan.

5 Gaya Penulisan Iklan (Ads Copywriting) yang Sering Digunakan, Mau yang Mana?

Apa Maksudnya dari Gaya Ads Copywriting?

Ketika akan menulis iklan, kita tentu harus memikirkan bagaimana impresi yang akan didapatkan oleh audience ketika membaca tulisan kita. Apakah kita ingin audience merasa ada sesuatu yang mereka lewatkan? Atau mungkin ingin agar audience merasa bahwa solusi kita lebih baik?

Beda gaya, tentu beda persepsi yang ditimbulkan. Ketika persepsi yang ingin anda hasilkan tidak sesuai dengan gaya penulisan yang anda bawakan, tentunya hasil ads akan kurang efektif dan ini ditandai dengan rendahnya metrik CTR (click through rate) yang dihasilkan.

Saya pernah membahas materi ini di LinkedIn:

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, berikut 5 jenis gaya penulisan ads copywriting yang sering digunakan oleh mayoritas pengiklan di digital marketing.

Gaya Penulisan Frontal dan Saling Serang

Ketika pasar didominasi oleh pemain global, biasanya gaya penulisan ini yang digunakan oleh mereka untuk saling menyerang satu sama lain.

Brand berlomba-lomba mendapatkan persepsi bahwa merekalah yang paling terdepan, sedangkan brand yang lain posisinya ada di bawah mereka. Dengan cara menunjukkan kelemahan brand musuh dan langsung menjawab dengan kelebihan yang relevan dengan kelemahan tersebut.

Satu hal yang perlu anda ingat ketika akan menggunakan ini, pastikan lokasi negara/daerah tempat anda beriklan tidak memiliki undang-undang yang melarang suatu brand untuk menyerang brand lain secara frontal. Sejauh ini, tampaknya Indonesia memiliki undang-undang ini, sehingga cara penulisan yang saling serang tidak begitu direkomendasikan.

Selain itu, anda juga perlu memastikan bahwa anda benar-benar lebih baik dari brand yang anda serang. Atau customer akan menganggap anda omong kosong dan tukang membual saja.

Jangan baper juga ketika anda mendapatkan serangan balik. Karena itu gaya penulisan dan strategi advertising dengan cara ini hanya bisa dilakukan oleh brand yang memang percaya dirinya tinggi.

Berikut adalah contoh iklan dengan gaya bahasa frontal yang digunakan oleh Apple dan Samsung untuk menyerang satu dengan yang lain:

Samsung vs Apple

Saling Menyindir

Gaya ini hampir sama dengan gaya sebelumnya, hanya saja bahasa yang digunakan lebih halus karena berupa sindiran. Di Indonesia, praktik menyerang dengan sindiran inilah yang sering digunakan.

Biasanya brand akan membahas satu 'fenomena negatif' yang ditimbulkan oleh kompetitor, kemudian di dalamnya dibumbui dengan kelebihan yang dimiliki oleh brand pengiklan. Contohnya seperti apa yang dilakukan oleh para pengiklan di bawah ini:

Iklan Saling Sindir

Mereka tidak menunjuk kompetitor langsung, tapi menyindir mereka dengan bahasa yang halus. Namun customer secara langsung pasti menyadari siapa yang dimaksud oleh pengiklan. Cara ini relatif lebih aman dari sisi hukum dibandingkan dengan cara frontal seperti di atas.

Pertanyaan Retoris

Jika 2 gaya tadi berfokus di saling serang antar brand, maka gaya ini dibuat untuk menyerang sisi psikologis audience.

Pernahkah anda mendapatkan iklan yang dimulai dengan sebuah pertanyaan, dimana pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab secara pasti seperti yang dilakukan oleh Adidas:

Iklan Adidas

Pendekatan secara retoris seperti ini sangat cocok untuk mengulik perasaan audience. Menyerang dan membuat mereka tidak nyaman apabila tidak berinteraksi dengan iklan anda.

Untuk membuat iklan seperti ini, anda harus benar-benar memahami apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat serta menemukan korelasinya dengan brand yang anda iklankan.

Menggunakan Brand Value

Cara ini bisa dibilang merupakan cara yang paling aman, namun sekaligus cara yang paling egois dan narsis. Aman karena tidak ada yang tersinggung, narsis karena terkadang brand menggunakannya secara berlebihan bahkan sampai terkesan mengada-ada.

Di gaya ini, anda menggunakan nilai utama brand anda sebagai fokus di dalam iklan. Salah satu contohnya seperti yang dilakukan oleh Gojek ini, dimana Gojek memfokuskan iklan pada fitur "Bisa beli apa aja di mana aja"

Iklan Goshop

Ketika anda menggunakan metode atau gaya ini, anda perlu memastikan bahwa brand value yang anda angkat adalah brand value yang nyata. Bukan sekadar gimmick kosong.

Riding The Wave, Mengikuti Hal Viral

Anda tentu pernah mendapatkan iklan yang copy-nya ndompleng dari sesuatu yang viral. Misalnys seperti iklan yang digunakan oleh Arei Indonesia ini:

Iklan Arei Ourdoor Gear

Iklan tersebut memanfaatkan gelombang viral blunder yang dilakukan oleh salah satu kompetitornya yang mengirimkan somasi kepada youtuber reviewer. Masalah tersebut akhirnya viral, dan Arei mengambil keuntungan dari kondisi tersebut.

Ketika menggunakan gaya ini, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan

  • Pastikan anda memahami konteks yang sedang viral tersebut. Jangan memaksa apabila anda tidak begitu memahami, karena dapat mengakibatkan persepsi yang kurang baik
  • Jika anda sedang menderita masalah yang serupa, jangan menggunakan strategi ini! Atau brand anda akan diserang habis-habisan

Strategi riding the wave bisa dibilang merupakan strategi yang paling ampuh untuk mendatangkan audience dalam jumlah besar, di waktu yang singkat. Dan apabila brand anda sangat berhubungan dengan hal yang sedang viral tersebut, maka anda bisa mendapatkan jutaan eksposur dengan biaya yang sangat minim.

Pilih Gaya Apapun, Bebas!

Anda tentu boleh menggunakan gaya apapun yang anda sukai. Tapi tentunya jangan sampai melanggar brand identity yang sudah anda bangun. Jika memang gaya anda professional, maka pilih metode copywriting yang bisa digunakan untuk bahasa professional.

Dwinandha Legawa
Dwinandha Legawa Author blog yang lagi sibuk berkelana. Temukan saya di LinkedIn:

Post a Comment for "5 Gaya Penulisan Iklan (Ads Copywriting) yang Sering Digunakan, Mau yang Mana?"