Mengapa Mayoritas Etnis Tionghoa Cadel?

Sebelumnya saya tegaskan kalau ini bukan artikel yang bertujuan untuk menjelek-jelekkan etnis tertentu. Namun, lebih mengarah ke informasi seputar masyarakat dan peradaban yang ada di sekitar kita, sehingga kita bisa lebih memahami dan menghargai etnis tersebut dan bukannya mengolok-olok.

Tentu anda pernah bertanya-tanya mengapa banyak masyarakat etnis Tionghoa menjadi orang yang "cadel". Sedikit informasi cadel adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat melafalkan huruf konsonan "R" dengan sempurna sehingga terdengar seperti huruf "L".

Tidak semua orang etnis Tionghoa di Indonesia mengalami cadel. Saya salah satunya. Alasannya sederhana, karena memang saya tidak dilatih melafalkan bahasa Mandarin dan bahasa daerahnya dari usia kecil. Apa hubungan pelafalan bahasa Mandarin dengan cadel?

Mengapa Mayoritas Etnis Tionghoa Cadel?

Mari kita perhatikan. Pelafalan huruf konsonan "R" dalam bahasa Mandarin maupun bahasa daerahnya (seperti hokkian, guang dong, dan sejenisnya) tidak dilafalkan dengan cukup jelas. Bahkan lebih ke samar-samar. Coba saja anda pelajari bagaimana cara melfalkan "ri" dalam bahasa Mandarin.

Karena hanya menggetarkan lidah saja, maka lama kelamaan orang akan terbiasa dengan kebiasaan ini dan apalagi jika dilakukan sejak masih kecil. Mayoritas etnis Tionghoa, terutama orang-orang China Medan sudah dilatih menggunakan bahasa Hokkian sejak masih kecil dan bahkan digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Saya bahkan sempat kaget begitu mendengar percakapan bahasa Hokkian teman saya. benar-benar lancar seperti kita menggunakan Bahasa Indonesia!

Tentu sudah bisa dibayangkan, bagaimana efek kedepannya jika kebiasaan itu dilakukan terus-menerus selama hidupnya. Maka, orang tersebut akan kesulitan jika menemui pelafalan huruf "R" karena memang dalam bahasa Mandarin konsonan "R" ini tidak terlalu jelas. Sementara pelafalan "L" sangat jelas dan menekan. Coba bandingkan antara "ri" dengan "li".

Nah, sekarang sudah paham kan mengapa "penyakit cadel" ini banyak didapati di orang etnis Tionghoa dan terutama di kalangan anak-anak? Ada beberapa kasus kalau kondisi cadel ini bisa hilang seiring bertambahnya usia dan sosialisasi yang meluas, namun ada juga yang terus menetap sampai dewasa.

Dengan ini jangan meledek teman yang kebetulan etnis Tionghoa dan cadel ya! Ingat, cadel bukan penyakit kok, hanya karena ada kebiasaan lain yang dilakukan saja. Jangan juga memberikan saran aneh-aneh yang tidak terbukti secara ilmiah untuk menghilangkan cadel, apalagi kalau sampai mengkonsumsi produk-produk yang tidak jelas khasiatnya.
Dwinandha Legawa
Dwinandha Legawa Author blog yang lagi sibuk berkelana. Temukan saya di LinkedIn:

Post a Comment for "Mengapa Mayoritas Etnis Tionghoa Cadel?"