Investasi Bukanlah Sekedar Menabung

Kita sering mendengar kata 'investasi' dan dibenak kita pasti muncul berbagai macam pandangan, ada yang berpandangan investasi itu sulit, investasi itu milik orang kaya, investasi itu milik orang terdidik dan bla bla bla. Intinya banyak dari kita menganggap inveatasi itu ‘momok’ karena sudut pandang tersebut di atas tetapi kalau kita mau berpikir sejenak investas itu apa sih? Apa benar sesusah yang kita pikirkan?

Sebenarnya dari kecil oleh orang tua kita telah mendidik untuk berhemat dan menyisipkan uang jajan kita untuk ditabung namun apakah tabungan itu bisa menjamin hidup kita di kemudian hari? Hemat pangkal kaya itulah peribahasa yang sering kita dengar yang akhirnya orang menjadikan hidup dengan pola hemat bahkan pelit untuk menunjang kehidupan di kemudian hari, apakah itu langkah yang bijak?

Investasi

Disini saya tidak menyalahkan gemar menabung tapi sadarkah kita kalau menabung itu belum cukup untuk memberi jaminan hidup di kemudian hari? Orang bisa menabung tentunya tergantung dengan tingkat pendapatan (income =I) dan tingkat pengeluaran (expenses=E) dan kelebihan dana/uang itu yang kita tabung (saving=S).
Jadi secara matematis kita bisa rumuskan: 
S = I - E
Muncul pertanyaan lebih lanjut bagaimana kalau pendapatan kita minim, pengeluaran membengkak dengan kondisi ekonomi secara nasional maupun global mengalami keterpurukan, muncul pengeluaran yang tiba-tiba misal: butuh perawatan di rumah sakit, kelahiran dan lain-lain,  apakah kita masih berpegang pandangan pola ekonomi tradisional dengan menabung saja?

Disinilah kita mesti berpikir lebih bijak dan cerdas, mencari jalan keluar untuk kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Pokok persoalan sebenarnya pada pendapatan kita, berapapun pengeluaranya kalau pendapatan kita mencukupi tidak akan muncul masalah. Disinilah investasi diperlukan.

Langkah-langkah awal yang perlu dilakukan untuk membentuk sebuah investasi adalah meningkatkan pendapatan kita terlebih dahulu. Seandainya kita seorang pegawai/lkaryawan maka jangan upah/gaji saja yang diandalkan tetapi perlu adanya kegiatan lain di waktu luang yang sesuai dengan kemampuan kita misal: membuka toko/warung kecil-kecilan di rumah, jadi tukang ojeg/supir panggilan, guru les, tukang service AC, HP dan lain-lain.

Setelah kita meningkatkan pendapatan, seiring dengan itupun kita juga bijak dalam mengatur pengeluaran, mari kita dahulukan kebutuhan (need) daripada keinginan (want) sehingga jumlah dana/uang yang terkumpul lebih memadai. Apakah itu cukup/berakhir?

Inilah langkah yang terpenting yang membedakan garis hidup diantara kita, yang berhenti apakah sudah ‘aman’ untuk hidup di kemudian hari? Marilah kita manfaatkan uang yang kita miliki untuk bekerja pada dirinya sendiri (uang bekerja untuk melipatgandakan dirinya sendiri --- uang bekerja untuk uang).

Disinilah kita butuh investasi, investasi apakah yang kita butuhkan? Kembali lagi melakukan investasi tidak selalu butuh dana yang besar sekaligus tetapi investasi dapat kita kembangkan menjadi lebih dan lebih seiring waktu.

I. Menyimpan/menabung Barang/Uang yang nilainya lebih kuat/besar dibandingkan laju inflasi


  1. Menyimpan/menabung emas/logam mulia
  2. Menyimpan/menabung mata uang asing yang kuat dalam nilai tukar dan mudah diperjualbelikan, biasanya kita bisa memperolehnya di bank-bank pemerintah/swasta yang besar (Bank Devisa) misal; USD (dollar amerika), Yen (mata uang Jepang), Euro (mata uang Uni Eropa), GBP (mata uang Inggris), SGD (mata uang Singapura), dan lain-lain

II. Memproteksi nilai produktif hidup kita


Ini yang kita sering jumpai dalam bentuk asuransi jiwa maupun kesehatan. Banyak dikalangan kita yang salah kaprah yang selalu menyangkal jiwa kok diproteksi, jiwa itu urusan sama yang di Atas (Tuhan), itu takdir. Demikian pula kondisi sakit, kita kan selalu pingin sehat, kita selalu menjaga pola makan kita buat apa sih asuransi kesehatan? Sebenarnya di dalam asuransi jiwa itu yang diproteksi bukan jiwanya tetapi nilai produksi hidup kita. Kita semua tau bahwa usia produktif akan memasuki era tidak produktif/pensiun tetapi hidup kita tidak berhentikan waktu kita tidak produktif lagi? atau tiba-tiba disaat kita bekerja mengalami sebuah keelakaan yang fatal sampai (maaf) kehilangan salah satu tangan atau yang lainnya tentunya butuh biaya untuk penyembuhan. Demikian pula kesehatan, siapakah yang hidup tidak pernah sakit? Disinilah kita juga perlu bijak untuk melakukan investasi/proteksi. Jangan kita beragumen hidup aja susah kok untuk bayar premi (sejumlah uang yang harus dibayar oleh penanggung selama periode tertentu), ingat banyak pengeluaran kita tanpa sadar bahkan menjerumuskan dalam hidup yang kurang sehat, misal : merokok, minum kopi, clubbing. Apakah tidak lebih bijak kita sisipkan untuk investasi jaminan di kemudian hari?

III. Mencari properti (perumahan/apartemen) yang strategis


Tidak selalu yang besar dan mahal tetapi yang kita cari adalah yang punya nilai lebih di kemudian hari. Bagaimana caranya? Kita harus rajin mencari/mengikuti pameran-pameran properti, kita lihat letaknya punya nilai jual lagi yang bagus? Diminati banyak orang? Kita cari segmen menengah, buat keluarga kecil atau profesional muda. Disinilah insting dan keputusan kita harus tepat. Properti kan mahal? Ingat kita bisa mengajukan KPR ataupun biasanya pihak developer memberikan sisitem pembayaran cicilan, kita sesuaikan dengan kemampuan membayar kita, kita ajukan kredit ataupun pembelian secara angsuran. Sejalan kita angsur properti itu bisa kita sewakan/kontrakan kepihak lain ataupun kalau memang harga naik untuk beberapa tahun ke depan kita bisa jual dan membeli lagi yang lainnya.

IV. Mengembangkan apa yang kita lakukan/usaha kecil-kecilan untuk mengisi waktu yang lebih


Seperti yang telah dikemukan sebelumnya, misal membuka toko/warung di rumah, kita kembangkan dengan menambah jenis barang dagangan maupun merekrut pegawai (kita menjadi bos di small business yang telah kita tekunin) dimana kita bisa disebut sebagai wirausahawan

V. Memasuki pasar sekunder 


Pasar sekunder yang kita kenal yaitu Saham (seyogyanya masih ada produk-produk lain seperti danareksa, obligasi maupun Surat Utang Negara-SUN). Adapun masih ada yang kita kenal Pasar Uang maupun Komoditi (future trading)

Dalam berinvestasi di saham, kita mesti tau apa yang mesti kita beli? Banyak terjadi di masyarakat awam, berinvestasi saham bukan sebagai ajang berinvestasi tapi dijadikan gambling (shortterm) mengeruk keuntungan (profit) dalam waktu singkat. Inilah yang menjadikan kita semua terkondisi kalau beinvestasi saham adalah judi padahal kalau kita mau mencermati jual beli saham itu adalah investasi jangka menengah bahakan panjang, tidaklah mungkin saham sebuah perusahaan bisa secepatnya menghasilkan profit besar tetapi kalau income/profit jangka menengah atau panjang tingkat return saham selama ini lebih besar dari tingkat suku bunga simpanan (tabungan/deposito). Untuk itu kita mesti berhati-hati carilah saham yang menguasai pangsa pasar yang besar (bluechip), hindari saham’gorengan’yang kita tau kalau saham tersebut dikuasai hanya beberapa pemilik, hindari saham tidur/tidak bergerak dalam jangka yang panjang (tetapi perlu analisa maupun informasi apakah tidur karena memang tidak berpotensi atau tidur karena menunggu investor maupun gerakan lainnya). Disini kita mesti mengumpulkan banyak informasi yang kita dapatkan dari seorang broker/dealer yang terpercaya, jangan berinvestasi saham berdasarkan info rumors atau ikut-ikutan. Dengan keterbatasan informasi ataupun kemampuan kita, tetapi berinvestasi di dunia saham memang ‘manis’ dan menjanjikan namun mempunyai nilai resiko yang besar,  kita bisa menyikapi dengan ikut program ‘link’ (reksadana) yang biasa ditawarkan oleh perusahaan asuransi jiwa maupun bank-bank besar terpercaya.

VI Money game


Investasi yang saya kategorikan sangat berbahaya (pandangan saya pribadi) dimana ini biasanya pelaku/investor pertama/terdahulu menikmati hasil yang besar yang biasanya memakan ‘korban’ untuk pelaku/investor belakangan. Bila kita memasuki investasi jenis ini, yang perlu kita mesti tau sudah berapa lama business ini berjalan, jangan berinvestasi bila perusahaan ini sudah lama beroperasinya, pasti andalah yang akan kena dampak ‘pahit’nya.

Dari uraian di atas di dalam berinvestasi perlu diingat:
  1. Butuh waktu dan modal
  2. Informasi yang lengkap dan akurat
  3. Jiwa berwirausaha (sense of business)
  4. Jangan melakukan satu jenis investasi saja untuk menghindari resiko (don’t put the eggs in the same basket)
  5. High risk high income, jangan mengambil resiko yang besar kalau kita tidak/kurang memahami seluk beluk dari investasi yang hendak kita lakukan. Niat mau memperoleh untung besar tapi kenyataan malah rugi yang kita alami


Demikian tulisan dari saya, dan saya sadar tulisan ini hanya berupa’kulit’ nya saja dan sangatlah umum jauh dari sempurna. Hanya sebuah opini yang bukan untuk menggurui maupun menyudutkan pihak-pihak lain, semoga masih ada sedikit manfaat untuk pembaca
Dwinandha Legawa
Dwinandha Legawa Author blog yang lagi sibuk berkelana. Temukan saya di LinkedIn:

6 comments for "Investasi Bukanlah Sekedar Menabung"

  1. sayank mau investasi gk punya modal

    ReplyDelete
  2. wah tapi butuh kesabaran gan kalo investasi ,, soal nya lama.. tapi menguntungkan si ,, ane coba dah :)

    ReplyDelete
  3. Wah saya setuju gan. Investasi memang untuk menyeimbangkan harta kita. Sepertinya ane kalau mau investasi saya sarankan tanah,emas dan kayu/pohon

    ReplyDelete
  4. mungkin sebelum kita melakukan investasi harta maupun benda kita juga harus berfikir matang2 agar tau apa yang akan kita lakukan selanjutnya. kalo saya sendiri mending kita menyimpan uang asing dalam jumlah yang banyak untuk cadangan harta kita :)

    ReplyDelete
  5. bener banget tuh investasi itu bisa menyeimbangkan harta kita juga

    ReplyDelete

No spam please! Be a good netizen. Komentar dengan link aktif akan dihapus oleh admin blog.